Jun 27, 2012

Waspadai Lapchong Pada Bakmi

Kontributor: Bunga Primasari


Sumber: http://tinyurl.com/3trf48b
Bakmi. Si panjang (baik lurus maupun keriting) berkelir kuning yang difavoritkan banyak orang sebagai makanan pengganti nasi ini memang mudah ditemukan di mana saja. Versi gerobak maupun gerai, sama lezatnya, -tergantung pilihan konsumen. Variasi rasa dan model penyajiannya juga banyak; bakmi ayam, sapi, seafood, goreng, kuah, kuah-pisah, dll.
Namun, ada sesuatu di balik kesemuanya itu. Saat disajikan, pernahkah Anda memperhatikan tampilan bakmi pesanan Anda? Untuk bakmi kuah, jamak terlihat minyak yang berenang-renang di permukaannya, sedangkan pada bakmi tanpa kuah (biasanya kuahnya dipisah) akan tampak kesan berminyak atau mengkilat pada permukaan untaian-untaiannya.
Sumber: http://tinyurl.com/7unazpd
Pertanyaan selanjutnya adalah, “Tahukah Anda bumbu apa saja yang ditambahkan pada bakmi untuk mendongkrak rasanya?”. Pada dasarnya ada tiga macam, yaitu kecap (manis ataupun asin), penyedap rasa, dan minyak. Mari kita bahas bumbu ketiga. Minyak. Bermacam minyak digunakan oleh para pedagang bakmi untuk menggelitik sensor pendeteksi rasa gurih pada lidah konsumennya. Ada pedagang yang menggunakan campuran minyak sayur dengan kaldu (ayam ataupun sapi), dan ada pula yang menambahkan kaldu yang berasal dari minyak babi. Nah, “lapchong” atau “lapchiong” adalah sebutan lain minyak babi. Secara harfiah, sebenarnya “lapchiong” bermakna sosis yang terbuat dari daging babi khas perkulineran negeri tirai bambu. Lapchiong yang berasa sedikit manis ini biasa dijual dalam format kering di toko bahan makanan atau supermarket. Minyak si lapchiong disebut lapchong alias minyak kaldu daging babi.